Tim Batako Bawono, yang terdiri dari lima mahasiswa kreatif Universitas Gadjah Mada telah menciptakan terobosan inovatif dalam memanfaatkan kotoran sapi sebagai bahan baku batako dari kelompok ternak di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tim ini diketuai oleh Dinda Ramadhan (Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Veteriner), dengan tim: Zaenal Arif (Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Veteriner), Nauziyah Azuardini (Program Studi Ilmu dan Industri Peternakan), Yossi Dyah Listiana (Ilmu dan Industri Peternakan), dan Muhammad Rakan Arrandhi (Program Studi Teknik Pengelolaan dan Pemeliharaan Infrastruktur Sipil). Mereka mendapat dampingan dari dosen Ir. Annisa’ Qurrotun A’yun, S. Pt., M. Sc., IPP. Dalam upaya mengatasi masalah limbah peternakan dan mencari alternatif material ramah lingkungan. Tim Batako Bawono merancang proses pengolahan kotoran sapi menjadi batako yang kuat dan murah. Kotoran sapi, yang sebelumnya dianggap sebagai limbah, diubah menjadi sumber daya bernilai tinggi melalui proses pengeringan, pencampuran dengan bahan lain, dan pencetakan menjadi batako.
Berkat kolaborasi dengan mitra yaitu Karya Muda Wetan, tim berhasil menawarkan solusi inovatif untuk isu lingkungan dan kebutuhan pembangunan, sekaligus membantu peternak dalam mengelola limbah mereka. Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM PM) ini tidak hanya berpotensi mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi juga mendukung pembangunan berkelanjutan dengan menyediakan bahan bangunan yang lebih murah dan ramah lingkungan. Kolaborasi yang solid antara tim dan dosen pendamping Ir. Annisa’ Qurrotun A’yun dengan Karya Muda Wetan sebagai mitra menjadi kunci keberhasilan proyek ini. Dampingan dosen dalam pengembangan teknologi dan pengolahan bahan baku memastikan bahwa inovasi ini tidak hanya berhasil secara teknis, tetapi juga memiliki dampak nyata dalam dunia konstruksi.
Inovasi yang dikembangkan oleh Tim Batako Bawono dalam mengolah kotoran sapi menjadi bahan bangunan batako tak hanya menjadi solusi lokal untuk limbah peternakan, tetapi juga berkontribusi langsung pada beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
- SDGs No. 6: Air Bersih dan Sanitasi, Pengelolaan limbah ternak yang lebih baik melalui pemanfaatan kotoran sapi menjadi batako membantu mencegah pencemaran air tanah dan sumber daya air lainnya. Dengan mengolah limbah ini secara efektif, tim berkontribusi pada upaya menjaga kebersihan dan kualitas air, terutama di wilayah peternakan yang berisiko tercemar oleh limbah hewan.
- SDGs No. 9: Industri, Inovasi, dan Infrastruktur, Inovasi yang dilakukan oleh Tim Batako Bawono menawarkan teknologi baru dalam bidang bahan bangunan, yang berkontribusi pada pengembangan industri yang berkelanjutan. Dengan menciptakan batako dari kotoran sapi, mereka membantu menciptakan infrastruktur yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan, sambil tetap memenuhi kebutuhan pembangunan perumahan dan fasilitas lainnya.
- SDGs No. 11: Kota dan Komunitas yang Berkelanjutan, Proyek ini juga berhubungan dengan pembangunan kota dan komunitas yang lebih berkelanjutan. Batako berbahan kotoran sapi yang ramah lingkungan dapat digunakan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bangunan konvensional yang sering kali memiliki dampak lingkungan yang tinggi. Ini juga mendukung penciptaan kota yang lebih hijau dengan sumber daya lokal yang lebih ramah lingkungan.
- SDGs No. 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, Dengan mengolah limbah kotoran sapi menjadi bahan bangunan, tim mendukung prinsip konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Mereka memanfaatkan sumber daya yang sebelumnya dianggap sebagai limbah, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, dan meminimalkan pemborosan sumber daya alam.
- SDGs No. 13: Penanganan Perubahan Iklim, Inovasi ini juga berkontribusi terhadap mitigasi perubahan iklim. Limbah organik seperti kotoran sapi yang tidak diolah secara benar dapat menghasilkan gas rumah kaca seperti metana. Dengan mengubah kotoran sapi menjadi batako, Tim Batako Bawono turut berkontribusi mengurangi emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh limbah peternakan.
Melalui inovasi mereka, Tim Batako Bawono tidak hanya menciptakan produk ramah lingkungan, tetapi juga berkontribusi secara nyata terhadap pencapaian beberapa SDGs. Dengan pendekatan ini, mereka menunjukkan bagaimana solusi lokal dapat memberikan dampak global untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.