Setelah sebelumnya Kelompok Ternak Ketapang, (Kalurahan Kaliagung) telah mendapat sesi wawasan teori terkait budidaya dan manajemen pemeliharaan ternak ruminansia kecil, kini fokus kegiatan beralih ke implementasi ilmu melalui fase praktik intensif. Fase ini menjadi inti dari transformasi, di mana peternak dilatih untuk menerapkan keterampilan teknis secara langsung di kandang. Fokus utamanya adalah pada penerapan desain kandang yang lebih higienis dan nyaman, teknik pencacahan hijauan yang benar, serta praktik formulasi pakan sederhana. Komponen paling krusial adalah adopsi teknologi pembuatan silase berbahan lokal. Silase merupakan salh satu solusi pakan yang murah dan berkelanjutan. Peserta diharapkan untuk dilatih terkait pembuatan silase dengan kualitas yang baik seperti beraroma asam, tekstur kompak, dan bebas kontaminasi jamur. Harapannya peternak memiliki bekal untuk mengatasi tantangan defisit pakan saat musim kemarau.
Post
Dr. drh. Fathur Rohman Haryadi, M.Sc. dosen Program Studi Teknologi Veteriner, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, resmi menyandang gelar Doktor (S3) pada 21 Oktober 2025. Gelar tersebut diraih setelah berhasil menyelesaikan studi doktoralnya di Program Studi Sains Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, dengan disertasi berjudul “Determinasi Morfologi Morfometri dan Karakterisasi Molekuler Eimeria zuernii di Pulau Jawa”. Dalam prosesi wisuda tersebut, Dr. Fathur terpilih sebagai perwakilan Fakultas dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna yaitu 4.00 (cumlaude). Hal serupa juga diperoleh saat kelulusan wisuda S2 dengan IPK 4.00 (cumlaude).

Sektor peternakan ruminansia kecil, khususnya domba, di Kabupaten Kulon Progo memiliki peran strategis dalam mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat perdesaan. Namun, potensi di Kelompok Ternak Ketapang, Kalurahan Kaliagung, Kabupaten Kulon Progo belum terealisasi maksimal karena hambatan mendasar dalam praktik manajemen budidaya harian. Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan teknis seringkali menjadi faktor pembatas utama dalam optimalisasi produksi. Menjawab tantangan ini, tim pengabdian masyarakat dari Departemen Teknologi Hayati dan Veteriner, Sekolah Vokasi UGM melaksanakan program intervensi komprehensif. Program ini bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peternak ruminansia kecil dalam praktik budidaya dan manajemen kesehatan ternak. Upaya ini strategis untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama dalam Zero Hunger dan No Poverty.
Di tengah tuntutan global terhadap praktik industri yang berkelanjutan, isu mengenai higiene dan kesehatan kerja semakin mendapatkan sorotan. Setiap produk yang dihasilkan industri tidak hanya mencerminkan kualitas bahan baku dan teknologi, tetapi juga mencerminkan kualitas sumber daya manusia di baliknya. Karyawan yang memiliki pengetahuan baik tentang higiene dan keselamatan kerja tidak hanya melindungi diri mereka sendiri, tetapi juga menjamin keberlanjutan operasional industri.


Kabupaten Dompu terletak di Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Dompu diketahui merupakan salah satu wilayah dengan sistem peternakan sapi potong yang dilakukan secara ekstensif. Sistem pemeliharaan ternak secara ekstensif dilakukan dengan cara melepaskan ternak di lahan penggembalaan selama periode pemeliharaan, pakan bergantung kondisi alam dan musim, serta minim intervensi terhadap ternak (Hilmiati et al., 2019). Mayoritas peternak di Dompu melakukan kegiatan pemeliharaan ternak secara tradisional dengan cara menggembalakan ternak di padang umbaran atau di lahan pribadi, serta mengintegrasikan crop cow dengan memanfaatkan limbah pertanian (jagung, kacang hijau, padi). Pemerintah daerah melalui Dinas Peternakan juga terus mendukung sektor peternakan dan kesehatan hewan di Dompu melalui program khusus yaitu vaksinasi ternak rutin per tahun dan registrasi ternak.
Dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pangan yang aman, sehat, bermutu, dan bergizi, Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta bekerja sama dengan Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Veteriner melaksanakan kegiatan Diseminasi Mutu dan Keamanan Pangan Segar Asal Hewan (PSAH) di wilayah Pilahan, Kelurahan Rejowinangun, Kemantren Kotagede, Kota Yogyakarta. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 14 Oktober 2025, berupa penyampaian materi yang disampaikan oleh drh. Nur Ika Prihanani, M.Sc., diskusi, praktik pengamatan daging, dan pemeriksaan cemaran pada PSAH. Tujuan dari kegiatan desiminasi ini adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya mutu dan keamanan PSAH, memberikan informasi jenis PSAH yang umum dikonsumsi dan kandungan gizinya, cara penanganan dan penyimpanan PSAH, serta risiko penyakit yang dapat ditularkan melalui pangan (foodborne diseases).

Penelitian terbaru dari tim peneliti gabungan dari dosen dan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengungkap bahwa jenis pakan dan jenis kelamin merupakan dua faktor utama yang memengaruhi risiko infeksi cacing strongyle pada sapi di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sapi yang hanya diberi pakan berupa rumput segar memiliki peluang hampir lima kali lebih tinggi untuk terinfeksi dibandingkan sapi yang mendapat pakan campuran antara rumput dan konsentrat. Dari total 130 ekor sapi yang diperiksa, sebanyak 23,08 persen dinyatakan positif terinfeksi cacing strongyle berdasarkan pemeriksaan mikroskopis terhadap sampel feses. Temuan ini menegaskan pentingnya manajemen pakan yang baik dan higienitas lingkungan dalam menekan risiko penyebaran parasit. Kondisi iklim tropis dengan suhu dan kelembapan tinggi di Gunung Kidul juga diketahui mendukung perkembangan larva parasit di padang rumput, sehingga memperbesar potensi penularan di peternakan rakyat.
Koinfeksi LSD dan PMK, Mungkinkah Terjadi pada Sapi Indonesia?


Dua penyakit menular pada sapi kembali menjadi perhatian dunia peternakan di Indonesia: Lumpy Skin Disease (LSD) dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Keduanya sama-sama disebabkan oleh virus dan menimbulkan dampak besar terhadap kesehatan dan produktivitas ternak. Hasil penelitian tim Program Studi Teknologi Veteriner, Departemen Teknologi Hayati dan Veteriner (DTHV), Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) menunjukkan bukti adanya infeksi ganda (koinfeksi) dua virus berbeda pada satu individu sapi.
Mendukung kesehatan ternak dan keamanan pangan melalui inovasi berbasis minyak atsiri.



Tim peneliti mahasiswi Program Studi Teknologi Veteriner (Prodi TekVet), Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang dibimbing oleh drh. Clara Ajeng Artdita, M.Sc., tengah mengembangkan nanoemulsi minyak atsiri herbal sebagai inovasi untuk pencegahan mastitis pada ternak perah. Penelitian ini dilakukan secara in vitro di Laboratorium Pengembangan dan Inovasi Veteriner TekVet UGM, dengan tujuan menciptakan solusi alami yang efektif sekaligus mendukung praktik peternakan berkelanjutan.


Resistensi antibiotik merupakan ancaman serius bagi kesehatan global yang terjadi ketika bakteri mengalami perubahan sehingga tidak lagi dapat dibunuh oleh antibiotik yang sebelumnya efektif. Resistensi antibiotik pada bakteri asal hewan menjadi isu krusial karena dapat berdampak langsung pada kesehatan manusia. Penggunaan antibiotik secara rutin atau berlebihan dalam peternakan, baik untuk pengobatan maupun sebagai pemacu pertumbuhan, mendorong munculnya bakteri yang kebal terhadap pengobatan.