Dalam beberapa tahun terakhir, kebutuhan terhadap produk susu semakin meningkat, terutama sebagai sumber nutrisi utama bagi anak-anak usia sekolah, ditunjang dengan adanya kebijakan strategis nasional berkaitan dengan Makan Bergizi Gratis (MBG). Susu segar, menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 3141:2024) didefinisikan sebagai susu yang diperoleh dari ambing ternak perah yang sehat melalui proses pemerahan yang benar, tanpa menambah atau mengurangi komponen alami, dan belum melewati perlakuan apapun kecuali pendinginan, sehingga susu memainkan peran penting dalam diet banyak keluarga. Namun, ternak perah, khususnya kambing, menghadapi tantangan tersendiri, terutama risiko kejadian mastitis atau peradangan pada ambing akibat infeksi bakterial yang dapat menurunkan produksi susu atau bahkan berisiko adanya kontaminasi bakteri pada susu.
Mastitis adalah masalah umum dalam peternakan susu yang dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan pada akhirnya akan mempengaruhi ketahanan pangan. Pengobatan mastitis umumnya melibatkan penggunaan antibiotik, yang meskipun efektif, dapat menimbulkan dua masalah utama: potensi resistensi antibiotik dan adanya residu antibiotik dalam susu. Resistensi antibiotik ini dapat mengakibatkan ternak sulit diobati apabila terjadi infeksi bakterial kembali. Lebih dari itu, residu antibiotik dapat membahayakan kesehatan konsumen, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang kesehatan Masyarakat dan keamanan pangan.
Untuk mengatasi tantangan ini, beberapa produk herbal (fitobiotik) berpotensi sebagai alternatif yang layak untuk mengobati mastitis pada kambing perah. Fitobiotik menunjukkan potensi sebagai solusi antiseptik dipping (proses pembersihan ambing dengan antiseptik usai pemerahan). Produk-produk ini mengandung berbagai metabolit yang ditemukan dalam minyak atsiri yang memiliki sifat antibakteri, menjadikannya sebagai solusi yang menjanjikan dalam mengatasi mastitis. Penggunaan fitobiotik sebagai pengganti antibiotik dalam peternakan semakin mendapatkan perhatian, terutama berkaitan dengan isu resistensi antibiotik. Senada dengan hal tersebut, menurut Prof. Dr. Ir. Chusnul Hanim pada pidato pengukuhan Guru Besar seperti yang dilansir dari laman Jogja Viva (Evani, 2025), kejadian ternak resisten terhadap beberapa obat-obatan dikarenakan penggunaan antibiotik yang kurang tepat, sehingga fitobiotik dapat menjadi alternatif Solusi yang mampu memberikan manfaat kesehatan ternak tanpa risiko resistensi.
Penggunaan antiseptik herbal tidak hanya bertujuan untuk mengurangi kejadian mastitis tetapi juga berkontribusi pada tujuan yang lebih luas untuk mengakhiri kemiskinan dan memastikan ketahanan pangan. Dengan mengurangi ketergantungan pada antibiotik, peternak dapat menjaga kesehatan ternak mereka, yang pada gilirannya meningkatkan produksi susu dan memperbaiki mata pencaharian. Ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya tujuan untuk mengakhiri kemiskinan (SDG 1: No poverty) dan memastikan sistem produksi pangan yang berkelanjutan (SDG 2: Zero hunger).
Seiring dengan perkembangan industri susu, integrasi produk herbal ke dalam praktik standar manajemen peternakan perah dapat merevolusi cara pengelolaan kasus mastitis. Perubahan ini tidak hanya mengatasi masalah kesehatan langsung bagi kambing perah tetapi juga mempromosikan pendekatan peternakan yang lebih berkelanjutan yang menguntungkan baik produsen maupun konsumen. Peternak yang mengadopsi penggunaan produk herbal ini mungkin menemukan hasil bahwa mereka dapat meningkatkan kesehatan kambing mereka sekaligus mempertahankan atau bahkan meningkatkan kuantitas dan kualitas susu yang dihasilkan. Manfaat ganda ini diharapkan dapat berkontribusi pada stabilitas ekonomi bagi keluarga peternak itu sendiri.
Sebagai kesimpulan, potensi produk herbal sebagai solusi antiseptik dipping untuk kambing perah menjadikannya sebagai kemjauan dalam bidang perawatan hewan dan praktik peternakan perah. Dengan mengurangi penggunaan antibiotik, fitobiotik diharapkan dapat membantu mengurangi risiko yang terkait dengan resistensi antibiotik dan memastikan keamanan susu bagi konsumen. Pendekatan inovatif ini sejalan dengan tujuan global untuk mengakhiri kemiskinan dan mencapai ketahanan pangan.
Jaya peternak perah Indonesia!
Referensi:
Evani, F.S. 2025. Gantikan Antibiotik pada Tenak. https://jogja.viva.co.id/edukasi/3112-gantikan-antibiotik-pada-ternak-dengan-fitobiotik (dipublikasi pada 12 Juni 2025; diakses pada 15 September 2025)
Penulis: drh. Clara Ajeng Artdita, M.Sc.

