Permasalahan yang selalu dialami peternak susu kambing dari tahun ke tahun dan masih menjadi dilema bagi para peternak kambing perah adalah kondisi mastitis. Kondisi ini, yang merupakan peradangan pada ambing, menjadi ancaman serius bagi stabilitas ekonomi peternak kambing perah. Susu kambing, yang dikenal memiliki nilai gizi setara dengan susu sapi, merupakan sumber nutrisi penting bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang alergi laktosa. Namun, adanya kondisi mastitis pada ternak menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan pangan dan kualitas susu yang dihasilkan, terlebih karena mastitis umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri patogen.
Mastitis dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis: mastitis klinis dan mastitis subklinis. Mastitis klinis menunjukkan gejala yang terlihat pada ternak seperti pembengkakan, panas, dan kemerahan pada ambing, sehingga lebih mudah dikenali oleh peternak. Di sisi lain, mastitis subklinis lebih menantang, karena tidak menunjukkan gejala klinis, namun secara signifikan dapat menurunkan produksi susu. Bentuk mastitis yang tak bergejala ini sangat dikhawatirkan peternak, karena dapat menyebabkan kerugian ekonomi tanpa adanya tanda-tanda penyakit yang terlihat pada kambing.
Untuk menilai prevalensi mastitis di suatu kelompok ternak di Sleman (DIY) dan Magelang (Jawa Tengah), beberapa mahasiswa Program Studi Teknologi Veteriner di Sekolah Vokasi UGM, di bawah bimbingan drh. Clara Ajeng Artdita, M.Sc., melakukan skrining di salah satu peternakan kambing di kedua daerah tersebut. Skrining berupa pengujian dengan reagen California Mastitis Test (CMT) dan dilakukan dengan cara mencampurkan susu dengan reagen CMT dalam rasio 1:1; susu pancaran pertama dibuang untuk menghindari positif palsu. Uji ini lazim digunakan untuk mengetahui status mastitis ternak perah. Hasilnya, sebanyak 12 dari 32 sampel susu segar (37,5%) di salah satu peternakan kelompok di Sleman dan sebanyak 25 dari 50 sampel susu segar (50%) di salah satu peternakan di Magelang terdeteksi positif mastitis.
Susu yang terdeteksi positif mastitis tidak disarankan untuk dikonsumsi karena masalah keamanan pangan. Kehadiran debris sel dan melonjaknya jumlah bakteri, serta potensi kontaminasi darah, menimbulkan permasalahan serius tentang keamanan susu yang dihasilkan dari kambing yang terinfeksi. Situasi ini tidak hanya mengancam kesehatan konsumen tetapi juga menghambat upaya untuk mencapai ketahanan pangan di daerah tersebut khususnya upaya pencapaian tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) nomor 2 yaitu Zero hunger/tanpa kelaparan.
Peternak kini dihadapkan pada dilema mengelola ternak mereka sambil memastikan kualitas susu yang dihasilkan. Dampak ekonomi dari mastitis sangat mendalam, karena penurunan produksi susu secara langsung mempengaruhi pendapatan mereka. Dengan meningkatnya permintaan susu kambing, terutama di kalangan masyarakat yang mencari alternatif susu sapi, sangat penting bagi peternak untuk menangani masalah ini secara efektif.
Upaya untuk memerangi mastitis harus fokus pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan hewan. Peternak disarankan untuk mengadopsi praktik manajemen yang lebih baik, termasuk pemeriksaan kesehatan ternak secara rutin dan menjaga kebersihan selama prosedur pemerahan. Pelatihan tentang pencegahan dan pengendalian mastitis sangat penting untuk memberdayakan peternak mengambil langkah proaktif.
Selain penanganan mastitis, ada kebutuhan yang lebih luas untuk mempromosikan praktik peternakan berkelanjutan yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, terutama dalam mengakhiri kemiskinan (SDG nomor 1: no poverty) dan memastikan ketahanan pangan (SDGs nomor 2: zero hunger). Dengan mendukung peternak lokal dan meningkatkan kualitas produksi susu kambing, masyarakat dapat bekerja menuju pencapaian tujuan ini. Seiring situasi ini berkembang, sangat penting bagi para pemangku kepentingan, termasuk lembaga pemerintah, organisasi pertanian, dan institusi pendidikan, untuk berkolaborasi dalam menemukan solusi. Dengan berinvestasi dalam penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta menyediakan sumber daya dan dukungan kepada peternak, tantangan kasus mastitis dapat diminimalkan atau bahkan dicegah.
Sebagai kesimpulan, kasus mastitis di kalangan peternak susu kambing memiliki keterkaitan antara kesehatan, peternakan-pertanian, dan stabilitas ekonomi. Menangani masalah ini tidak hanya penting bagi mata pencaharian peternak tetapi juga untuk memastikan kebutuhan nutrisi masyarakat terpenuhi. Jalan ke depan memerlukan upaya kolektif untuk mempromosikan ternak yang sehat, produksi makanan yang aman, dan praktik peternakan yang berkelanjutan.
Penulis naskah : drh. Clara Ajeng Artdita, M.Sc.