Dr. drh. Fathur Rohman Haryadi, M.Sc. dosen Program Studi Teknologi Veteriner, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, resmi menyandang gelar Doktor (S3) pada 21 Oktober 2025. Gelar tersebut diraih setelah berhasil menyelesaikan studi doktoralnya di Program Studi Sains Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, dengan disertasi berjudul “Determinasi Morfologi Morfometri dan Karakterisasi Molekuler Eimeria zuernii di Pulau Jawa”. Dalam prosesi wisuda tersebut, Dr. Fathur terpilih sebagai perwakilan Fakultas dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna yaitu 4.00 (cumlaude). Hal serupa juga diperoleh saat kelulusan wisuda S2 dengan IPK 4.00 (cumlaude).
SDGS3 GOOD HEALTH AND WELL-BEING
Di tengah tuntutan global terhadap praktik industri yang berkelanjutan, isu mengenai higiene dan kesehatan kerja semakin mendapatkan sorotan. Setiap produk yang dihasilkan industri tidak hanya mencerminkan kualitas bahan baku dan teknologi, tetapi juga mencerminkan kualitas sumber daya manusia di baliknya. Karyawan yang memiliki pengetahuan baik tentang higiene dan keselamatan kerja tidak hanya melindungi diri mereka sendiri, tetapi juga menjamin keberlanjutan operasional industri.
Dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pangan yang aman, sehat, bermutu, dan bergizi, Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta bekerja sama dengan Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Veteriner melaksanakan kegiatan Diseminasi Mutu dan Keamanan Pangan Segar Asal Hewan (PSAH) di wilayah Pilahan, Kelurahan Rejowinangun, Kemantren Kotagede, Kota Yogyakarta. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 14 Oktober 2025, berupa penyampaian materi yang disampaikan oleh drh. Nur Ika Prihanani, M.Sc., diskusi, praktik pengamatan daging, dan pemeriksaan cemaran pada PSAH. Tujuan dari kegiatan desiminasi ini adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya mutu dan keamanan PSAH, memberikan informasi jenis PSAH yang umum dikonsumsi dan kandungan gizinya, cara penanganan dan penyimpanan PSAH, serta risiko penyakit yang dapat ditularkan melalui pangan (foodborne diseases).

Penelitian terbaru dari tim peneliti gabungan dari dosen dan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengungkap bahwa jenis pakan dan jenis kelamin merupakan dua faktor utama yang memengaruhi risiko infeksi cacing strongyle pada sapi di Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sapi yang hanya diberi pakan berupa rumput segar memiliki peluang hampir lima kali lebih tinggi untuk terinfeksi dibandingkan sapi yang mendapat pakan campuran antara rumput dan konsentrat. Dari total 130 ekor sapi yang diperiksa, sebanyak 23,08 persen dinyatakan positif terinfeksi cacing strongyle berdasarkan pemeriksaan mikroskopis terhadap sampel feses. Temuan ini menegaskan pentingnya manajemen pakan yang baik dan higienitas lingkungan dalam menekan risiko penyebaran parasit. Kondisi iklim tropis dengan suhu dan kelembapan tinggi di Gunung Kidul juga diketahui mendukung perkembangan larva parasit di padang rumput, sehingga memperbesar potensi penularan di peternakan rakyat.
Koinfeksi LSD dan PMK, Mungkinkah Terjadi pada Sapi Indonesia?


Dua penyakit menular pada sapi kembali menjadi perhatian dunia peternakan di Indonesia: Lumpy Skin Disease (LSD) dan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Keduanya sama-sama disebabkan oleh virus dan menimbulkan dampak besar terhadap kesehatan dan produktivitas ternak. Hasil penelitian tim Program Studi Teknologi Veteriner, Departemen Teknologi Hayati dan Veteriner (DTHV), Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) menunjukkan bukti adanya infeksi ganda (koinfeksi) dua virus berbeda pada satu individu sapi.
Mendukung kesehatan ternak dan keamanan pangan melalui inovasi berbasis minyak atsiri.



Tim peneliti mahasiswi Program Studi Teknologi Veteriner (Prodi TekVet), Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada (UGM) yang dibimbing oleh drh. Clara Ajeng Artdita, M.Sc., tengah mengembangkan nanoemulsi minyak atsiri herbal sebagai inovasi untuk pencegahan mastitis pada ternak perah. Penelitian ini dilakukan secara in vitro di Laboratorium Pengembangan dan Inovasi Veteriner TekVet UGM, dengan tujuan menciptakan solusi alami yang efektif sekaligus mendukung praktik peternakan berkelanjutan.


Resistensi antibiotik merupakan ancaman serius bagi kesehatan global yang terjadi ketika bakteri mengalami perubahan sehingga tidak lagi dapat dibunuh oleh antibiotik yang sebelumnya efektif. Resistensi antibiotik pada bakteri asal hewan menjadi isu krusial karena dapat berdampak langsung pada kesehatan manusia. Penggunaan antibiotik secara rutin atau berlebihan dalam peternakan, baik untuk pengobatan maupun sebagai pemacu pertumbuhan, mendorong munculnya bakteri yang kebal terhadap pengobatan.


Universitas Gadjah Mada (UGM) secara resmi menarik kembali mahasiswa peserta Kuliah Kerja Nyata (KKN) Periode II Tahun 2025 pada tanggal 8 Agustus 2025 setelah melaksanakan program selama lima puluh hari di berbagai wilayah Indonesia. Penarikan ini menjadi momen penutup rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat yang melibatkan ribuan mahasiswa lintas fakultas dan program studi, termasuk dari Program Studi Teknologi Veteriner (TekVet), Sekolah Vokasi UGM.

Kegiatan penarikan yang berlangsung di Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo dihadiri oleh Priyo Cahyono, S. TP., MM. selaku Camat Kecamatan Garung, dosen pembimbing lapangan Dr. Ir. Nurulia Hidayah, S. Pt., M.P., IPM., ASEAN. Eng yang juga merupakan salah satu dosen Sarjana Terapan Teknologi Veteriner, perangkat desa, serta perwakilan masyarakat. Dalam kesempatan tersebut, mahasiswa mempresentasikan hasil program kerja yang telah mereka laksanakan, mencakup bidang pendidikan, kesehataan, lingkungan, dan pemberdayaan ekonomi.




Penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) adalah penyakit menular yang menyerang sapi, disebabkan oleh virus dari kelompok Capripoxvirus. Penyakit ini menyebabkan munculnya benjolan-benjolan besar pada kulit, demam, lemas, serta penurunan nafsu makan. Di Yogyakarta, khususnya di wilayah Kulon Progo, kasus LSD pada sapi sudah mulai ditemukan sejak tahun 2023. Penyakit ini menjadi masalah serius karena bisa menurunkan produktivitas ternak dan menyebar dengan cepat. Melihat kondisi tersebut, drh. Fajar Budi Lestari, M.Biotech., Ph.D. dosen dari Program Studi Teknologi Veteriner, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama beberapa mahasiswanya, melakukan penelitian untuk mengetahui dampak penyakit ini secara lebih dalam, khususnya melalui pemeriksaan darah atau yang dikenal dengan istilah hematologi.
Industri pengolahan susu merupakan bagian penting dari sektor pangan yang berkontribusi pada pemenuhan gizi masyarakat. Dalam proses produksinya, kebersihan dan sanitasi menjadi faktor utama untuk menjamin kualitas dan keamanan produk. Salah satu aspek krusial adalah personal hygiene (kebersihan pribadi) dari karyawan yang terlibat langsung dalam pengolahan. Personal hygiene tidak hanya berdampak pada kesehatan individu, tetapi juga berperan besar dalam mencegah kontaminasi silang dan penyebaran penyakit melalui produk susu.