Keberhasilan empat mahasiswa Teknologi Veteriner yang lolos dalam program Magang Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Batch 7 berkontribusi dalam mendukung beberapa poin Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) serta membawa manfaat bagi pengembangan diri mereka secara profesional. Program ini didukung penuh oleh Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Veteriner Sekolah Vokasi UGM agar mahasiswa memiliki pengalaman dan kemampuan yang baik sehingga siap untuk berkiprah di dunia kerja. Berikut adalah kontribusi masing-masing mahasiswa dengan poin SDGs:
SDGS12 RESPONSIBLE CONSUMPTION AND PRODUCTION
Tim Batako Bawono, yang terdiri dari lima mahasiswa kreatif Universitas Gadjah Mada telah menciptakan terobosan inovatif dalam memanfaatkan kotoran sapi sebagai bahan baku batako dari kelompok ternak di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tim ini diketuai oleh Dinda Ramadhan (Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Veteriner), dengan tim: Zaenal Arif (Program Studi Sarjana Terapan Teknologi Veteriner), Nauziyah Azuardini (Program Studi Ilmu dan Industri Peternakan), Yossi Dyah Listiana (Ilmu dan Industri Peternakan), dan Muhammad Rakan Arrandhi (Program Studi Teknik Pengelolaan dan Pemeliharaan Infrastruktur Sipil). Mereka mendapat dampingan dari dosen Ir. Annisa’ Qurrotun A’yun, S. Pt., M. Sc., IPP. Dalam upaya mengatasi masalah limbah peternakan dan mencari alternatif material ramah lingkungan. Tim Batako Bawono merancang proses pengolahan kotoran sapi menjadi batako yang kuat dan murah. Kotoran sapi, yang sebelumnya dianggap sebagai limbah, diubah menjadi sumber daya bernilai tinggi melalui proses pengeringan, pencampuran dengan bahan lain, dan pencetakan menjadi batako.
Perkembangan Industri Pangan terkait produk susu sudah semakin berkembang. Sektor Industri Pengolahan Susu (IPS) memberikan kemudahan bagi konsumen dalam penyediaan minuman yang siap saji untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Perkembangan IPS ini terkadang belum dibarengi dengan pengetahuan tentang keamanan pangan. Beberapa industri belum menerapkan prinsip-prinsip dasar keamanan pangan, salah satunya hygiene dan sanitasi. Higiene dan sanitasi merupakan parameter penting dalam industri olahan pangan termasuk susu. Higiene dan sanitasi harus menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari IPS produk yang dihasilkan aman dan layak dikonsumsi oleh masyarakat.
Produk pangan asal hewan yang mempunyai nilai gizi tinggi dan dapat diperoleh dari hasil pemerahan hewan salah satunya adalah susu. Susu mengandung nutrisi yang penting antara lain protein, mineral, lemak, vitamin, laktsoa dan berbagai enzim. Susu mudah terkontaminasi oleh mikroba karena susu merupakan sehingga susu mudah rusak dan tidak layak dikonsumsi oleh konsumen. Beberapa jenis mikroba yang sering ditemui dalam susu antara lain Escherichia coli, Klebsiella, Lactobacillus, Salmonella, Streptococcus, Staphylococcus dan sebagainya. Oleh karena itu diperlukan penanganan pasca panen agar kualitas susu tetap terjaga.
Susu merupakan bahan pangan asal hewan yang memiliki kandungan nutrisi tinggi, karena mempunyai komposisi air, laktosa, lemak, protein, dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Namun demikian, susu memiliki kelemahan yaitu mudah rusak sebab kandungan di dalamnya disukai oleh mikroorganisme. Susu yang rentan akan kontaminasi bakteri memerlukan pengolahan agar tidak mudah rusak. Selain pengolahan susu yang tepat faktor sanitasi juga perlu diperhatikan dalam pengangan susu segar maupun produk olahan susu. Tujuan dari sanitasi yaitu menciptakan atau pemeliharaan kondisi yang mampu mencegah terjadinya kontaminasi makanan atau terjadinya penyakit yang disebabkan oleh makanan dan usaha kongkret dalam mewujudkan kondisi higienis